Sabtu, 21 Juni 2014

Longing

Siang ini surya terlalu terik untuk menghadirkan hujan bulan Juni seperti kemarin. Kicauan-kicauan beberapa jenis aves diluar sana semakin terdengar jelas saat aku meninggalkan ruang kelas menuju koridor sekolah.

Ah kamu, ternyata sedang disana. Duduk di bangku koridor utama sekolah dengan 'mereka' yang memang selalu bersamamu. Kita bersama ditempat yang sama tanpa kalimat bahkan kata sekalipun.

Indera pendengaranku perlahan mulai menginterupsi setiap kata demi kata yang kau bicarakan bersama kawanmu. Otakku menyimpulkan, kalian tengah membicarakan tugas akhir semester yang harus segera dikumpulkan dalam waktu dekat.

Akhirnya kau menyadari kehadiranku, namun tetap saja, kita masih terpaku dalam diam, dalam tatapan yang seolah saling sapa, bersama hembusan angin yang menawarkan diri untuk menyampaikan ratusan pesan rindu yang gagal tersampaikan di dalam hatiku, bahkan mungkin juga hatimu. Memang, "Yang pergi tanpa pamit, yang hilang tanpa bilang, yang pisah tanpa isyarat akan selalu dirindukan."

Aku memohon maaf dengan sangat kepadamu. Jika aku telah lancang, mempunyai prasangka akan dirimu, atas kehendakmu untuk mempertahankan ketidaktahuanmu. Atau, kau ini hanya berselimut kepura-puraan saja? Pura-pura tidak pernah mengetahui tentang perasaan ini. Atau, memang kau tak mau tahu dengan semua ini?! Entah..

Sabtu, 07 Juni 2014

Kembalilah

Seperti yang telah lalu, kisah ini masih tentangmu, masih tentang 1 dari 1001 kisah yang pernah singgah di pelantaran hidupku.

Kau sadar tidak? Setiap perjumpaan kita akhir-akhir ini selalu berhasil mengkakukan dan membekukan suasana, dan lebih mirisnya lagi di antara kita tak ada yang bisa mencairkan kebekuan nan dahsyat itu.

Kau tau tidak? Aku selalu tersiksa setiap berpapasan denganmu, tak ada lagi sapaan hangat seperti dulu, tak ada lagi canda tawa kita dulu, kini.. hanya tinggal tatapan anehmu yang tak pernah bisa kudefinisikan lagi.

Lalu, apa kau juga tau penyebab keregangan di antara kita? Jika kalimat itu kau tanyakan padaku, tentu aku akan menjawab 'tidak'.

Aku benar-benar bingung mencari-cari alasan yang tepat untuk 'hal' itu, semua terjadi begitu saja bahkan tanpa 'alasan', tak jauh berbeda dari 'kita' yang dulu, tiba-tiba sangat dekat. Sama.. masih tanpa alasan.

Ketahuilah, tuan.. Aku merindukanmu, juga semua kisah yang pernah hadir di antara kita. Saat kamu dan semua keadaan masih bersahabat, saat kau hadir menawarkan kedamaian luar biasa dalam setiap detik kebersamaan kita, saat pesan singkatmu mendominasi deringan handphone ku, saat kalimat manismu selalu menyambut pagiku, saat semua masih baik-baik saja, saat semua belum sebeku 'kita' yang sekarang.

Apapun alasannya, aku mohon dengan sangat, tolong kembalilah.��