Jumat, 22 Mei 2015

Diary Merah Bata

Aku tidak tahu, kalimat pembuka seperti apa yang harus ku gunakan untuk memulai cerita ini, akankah aku memulainya tanpa kalimat pembuka dan langsung menuju inti pembicaraan? Hmm sepertinya akan seperti itu :3 baiklah akan ku mulai sekarang...

Kau tau? Dari dulu aku selalu mencoba temukan cara memberitahumu tentang hal ini. Awalnya, aku memang cukup menikmatinya, mencintainya dalam diamku tanpa seorang pun yang tahu.
Namun seiring berjalannya waktu, untuk periode masa yang semakin kedepan, baru kusadari... Aku.. butuh teman untuk berbagi.

Aku ingin, setidaknya ada segelintir orang yang tahu, tentang cinta dan mencintai yang kulakukan diam-diam selama ini, yang dunia tak pernah tahu, bahkan menyangkanya pun mungkin tidak.
Ketahuilah sayang.. Aku mencintainya, jauh sebelum aku menuliskan cerita ini untukmu. Aku mencintainya, dia yang tak pernah ada dalam deretan orang-orang yang pernah kau duga sebelumnya.
Aku mencintainya, cinta yang berusaha kusembunyikan dibalik sikap dinginku.

Hatiku telah memilihnya, dia yang sepertinya tak pernah memberiku jalan untuk mencintainya. Dia yang bagiku terlalu indah sehingga untuk mencintainya saja aku merasa tidak pantas, dan dia yang membuatku harus bersusah payah bersikap "biasa saja" tiap kali perjumpaanku dengannya, meski sulit, tapi aku berhasil melakukannya. buktinya belum ada seorang pun yang "curiga" akan rasa berbeda yang telah kusimpan dalam diam...

Dia, pria berkacamata(!)�� dengan senyum manisnya. Dengan matanya yang menyipit saat tersenyum. Dia yang tak terlalu banyak ucap, yang baik, pintar dan soleh. Dia penyuka warna biru, penggemar salah satu klub bola negri albion, yang selalu canggung di setiap perjumpaanku dengannya, ah tidak, mungkin hanya aku saja yang terjebak dalam kecanggungan pada saat-saat seperti itu.
Sesempurnah itu kah?
Yaa itu kan kekuatan cinta..?! hal sejelek apapun jika cinta sudah menjadi latarnya, maka hanya akan terlihat sebagai sebuah kesempurnaan.. :)

Aku rasa, aku tidak perlu membahasnya terlalu jauh, karena semua telah ku ungkapkan dalam tinta-tinta kaku yang seakan sangat enggan untuk berbaring diatas lembaran-lembaran kertas putih bergaris merah yang telah ku berikan padamu, hanya untukmu!! mungkin dia turut merasakan, betapa sulitnya aku menuliskan kisah demi kisah yang selama ini memang hanya aku dan Allah saja yang tahu. Aku tak pernah temukan cara terbaik untuk mengungkapkannya secara langsung. Aku lebih nyaman menulis semuanya lewat tulisan, aku tidak suka mengungkapkan perasaan. Hingga pada akhirnya pilihan terakhir kita jatuh pada sebuah perjanjian yang sedikit "lucu" yang telah kita buat bersama di akhir cerita kisah kita dalam lembaran memori putih abu-abu.

"banyak yang bilang cinta tak butuh alasan, tapi aku tak percaya itu, karena aku selalu bisa menyebutkan ribuan alasan yang dapat membuatku suka padanya."

Untuk kawan kesayanganku yang agak sedikit "aneh"✌, terimakasih sudah membagikan kisah hebatmu padaku. Terimakasih juga untuk "moment book" warna biru, bersampul doraemon dengan garis-garis lucu yang juga berwarna biru, semua hal yang aku suka. Buku dengan kisah-kisah unik, aneh, konyol dan sangat kocak yang ada didalamnya. Benar-benar sukses membuat emosiku menggebu-gebuˋ︿ˊ.
But overall and for the last sentence, terimakasih, aku merindukanmu… so much

Sabtu, 18 April 2015

Rabu, 29 April 2015

Kisah Yang Sama

Selama ini aku terlalu sibuk berandai-andai, terlalu sibuk bergelayut dengan angan yang pada akhirnya hanya membuatku redup, layaknya bintang korban obsesi rembulan. aku terlalu sibuk merajut asa bersamamu yang jelas-jelas sangat tinggi untuk ku gapai. mengharapkanmu yang tak mungkin untuk dapat ku raih dalam genggamanku. kau terlalu jauh dari jangkauanku, tuan.

mungkin aku telah berharap banyak hal untuk kebersamaan kita, mengiming-imingkan hal yang seharusnya tidak ku simpan dalam daftar keinginanku. seharusnya aku menyadari semua ini dari dulu, bukan baru sekarang disaat perasaan itu sudah terlalu dalam hingga aku tak dapat menutupinya lagi. seharusnya aku sadar, aku dan kamu adalah siang dan malam, meski sangat dekat, tapi tak akan pernah bisa untuk bersatu. kau malam, yang tidak mungkin dapat berkawan dengan cahaya terang sang surya.

aku percaya, hidup ini mengalir seperti sungai. pada akhirnya nanti kamu akan tetap bermuara pada lautmu.

aku masih bisa melihatmu dari jauh, diam-diam memperhatikanmu, memandang senyuman di wajah pemilik nama yang terukir indah di relung hatiku saat ini.
Meski senyuman itu bukan untukku, setidaknya aku masih bisa melihat keindahan luar biasa yang telah tuhan ciptakan dalam dirimu. aku rasa itu sudah cukup.

Kamis, 03 Juli 2014

Rigidity

Untuk pemilik senyum terindah yang membuatku terlatih menghadapi sport Jantung, setiap waktu.

Bulan juni dan Mistery of the Rain nya akhirnya benar-benar berakhir.. Lalu bagaimana dengan 'kebekuan' diantara kita? Ya.. Tentu saja masih sama saat aku menceritakannya di awal bulan juni dengan rintik hujannya, tidak mencair sepersekian mili pun.

Bahkan sosokmu semakin hari, semakin tak terjangkau oleh radarku. Keberadaanmu selalu membawa sejuta tanya diotakku. Kamu kemana? Dimana? Apakah kau benar-benar ingin pergi? Pergi jauh hingga ratusan, ribuan bahkan jutaan kilometer dariku?!

Asal kau tau, aku tidak bisa beradaptasi dengan sikapmu yang serba tiba-tiba seperti itu. Tiba-tiba datang, lalu tiba-tiba menghilang dari pandanganku, tiba-tiba manis, lalu pada akhirnya menghidangkan kepahitan yang miris.

Kuperingatkan, tuan.. jika kau benar-benar ingin pergi, pergilah.! Tapi jangan lupa bawa serta kenangan yang kini membelengguku dengan bayang-bayang indah di masa lalu, dengan kata-kata 'dulu' yang tak pernah dapat kutemukan ujungnya.

Dariku yang hanya berani menulis kata-kata, memendam perasaan lewat puisi-puisi dan berharap esok atau lusa kau akan sempat membacanya.

Sabtu, 21 Juni 2014

Longing

Siang ini surya terlalu terik untuk menghadirkan hujan bulan Juni seperti kemarin. Kicauan-kicauan beberapa jenis aves diluar sana semakin terdengar jelas saat aku meninggalkan ruang kelas menuju koridor sekolah.

Ah kamu, ternyata sedang disana. Duduk di bangku koridor utama sekolah dengan 'mereka' yang memang selalu bersamamu. Kita bersama ditempat yang sama tanpa kalimat bahkan kata sekalipun.

Indera pendengaranku perlahan mulai menginterupsi setiap kata demi kata yang kau bicarakan bersama kawanmu. Otakku menyimpulkan, kalian tengah membicarakan tugas akhir semester yang harus segera dikumpulkan dalam waktu dekat.

Akhirnya kau menyadari kehadiranku, namun tetap saja, kita masih terpaku dalam diam, dalam tatapan yang seolah saling sapa, bersama hembusan angin yang menawarkan diri untuk menyampaikan ratusan pesan rindu yang gagal tersampaikan di dalam hatiku, bahkan mungkin juga hatimu. Memang, "Yang pergi tanpa pamit, yang hilang tanpa bilang, yang pisah tanpa isyarat akan selalu dirindukan."

Aku memohon maaf dengan sangat kepadamu. Jika aku telah lancang, mempunyai prasangka akan dirimu, atas kehendakmu untuk mempertahankan ketidaktahuanmu. Atau, kau ini hanya berselimut kepura-puraan saja? Pura-pura tidak pernah mengetahui tentang perasaan ini. Atau, memang kau tak mau tahu dengan semua ini?! Entah..

Sabtu, 07 Juni 2014

Kembalilah

Seperti yang telah lalu, kisah ini masih tentangmu, masih tentang 1 dari 1001 kisah yang pernah singgah di pelantaran hidupku.

Kau sadar tidak? Setiap perjumpaan kita akhir-akhir ini selalu berhasil mengkakukan dan membekukan suasana, dan lebih mirisnya lagi di antara kita tak ada yang bisa mencairkan kebekuan nan dahsyat itu.

Kau tau tidak? Aku selalu tersiksa setiap berpapasan denganmu, tak ada lagi sapaan hangat seperti dulu, tak ada lagi canda tawa kita dulu, kini.. hanya tinggal tatapan anehmu yang tak pernah bisa kudefinisikan lagi.

Lalu, apa kau juga tau penyebab keregangan di antara kita? Jika kalimat itu kau tanyakan padaku, tentu aku akan menjawab 'tidak'.

Aku benar-benar bingung mencari-cari alasan yang tepat untuk 'hal' itu, semua terjadi begitu saja bahkan tanpa 'alasan', tak jauh berbeda dari 'kita' yang dulu, tiba-tiba sangat dekat. Sama.. masih tanpa alasan.

Ketahuilah, tuan.. Aku merindukanmu, juga semua kisah yang pernah hadir di antara kita. Saat kamu dan semua keadaan masih bersahabat, saat kau hadir menawarkan kedamaian luar biasa dalam setiap detik kebersamaan kita, saat pesan singkatmu mendominasi deringan handphone ku, saat kalimat manismu selalu menyambut pagiku, saat semua masih baik-baik saja, saat semua belum sebeku 'kita' yang sekarang.

Apapun alasannya, aku mohon dengan sangat, tolong kembalilah.��

Jumat, 23 Mei 2014

Senja dan Kenangan


Senja... kemilau indahdi ufuk timur yang selalu hadir menampakkan keindahan luar biasa yang telah tuhan ciptakan.menjadi saksi bisu pergantian siang dan malam, dua waktu yang tak pernah dapat dipertemukan.

senja... ia mengantarku terbang jauh menerawang kisah di masa silam yang nyaris terlupakan, dengan hadirnya beberapa kisah baru yang seakan tak ingin memberi ruang untuk sepenggal kisah masa laluku yang terpaksa berakhir tanpa kesan.

Kini, fikiranku berkelana jauh. kisah-kisah yang lalu berputar blur, hadir seperti film lusuh yang sudah tak tampak begitu jelas isinya, memainkanbayangbayangmasalalu dikepalaku.

Disini, ku coba mengingat semua yang dulu pernah terjadi. Mengais kembali sisa-sisa bangunan berbentuk ingatan, hal yang kini kusebut sebagai ‘kenangan’.

lalu, bagaimanadenganmu, tuan? apakahkau merasakanhal yang sama seperti yang ku rasakan sekarang? apakah kerinduanmu sama beratnya dengan rinduku? Sudikah kau menyiapkan ruang kosong dihatimu untukku? Kosong? Entahlah.. tulisan ini kubuat hanya sebagai gambaran kisah romantika sendu dibalik kenangan senja kita dahulu.

Aku meratapi kisah pilu yang pernah membalut dimensi kebersamaan kita, aku menyesali kita yang harus terpisah dan kembali menjadi ‘aku’ dan ‘kamu’ yang tentunya tanpa ‘kita’(lagi), kita yang pada akhirnya harus memilih jalan masing-masing dan membiarkan semua rajutan kisah terbalut benang kenangan dalam nalar, bahkan mungkin kini hanya aku yang masih setia menyimpannya.

Akankah masih ada senja hari esok yang akan mengiringi kita menyambut bintang di gelapnya malam, menemani menyaksikan burung ilustrasi senja dandeburan ombak yang berkecipak membentur siluet batu karang seiring tenggelamnya surya di balik barat, saat waktu kembali dalam dekapan rembulan?
Kau tau? Aku ingin kembali merasakan rasa-rasa yang sulit kutebak saat masih bersamamu, dulu. Membingungkan tapi selalu membuatku bahagia.

Senja dan Kenangan, dua hal yang selalu menghampiriku saat mentari tak mampu lagi bertahan. Dua hal yang tak pernah bisa terpisahkan oleh angkuhnya waktu hingga keabadian tiba dan mengakhiri semuanya.
Dariku yang masih setia tersenyum menunggumu dibalik siluet warna ke emasan ‘senja’ yang dulu kau tinggalkan bersama ‘kenangan’.

Sabtu, 26 April 2014

Figuran?

kali ini, aku ingin bercerita tentang seseorang yang mulai ikut terlibat dalam kisahku beberapa waktu terakhir. tapi sepertinya dia hanya bisa menjadi pemeran figuran dan tak memberi dampak berarti untuk alur cerita yang ku bintangi.

sebenarnya dia menarik, dia tampan, dia keren, dia juga cerdas. aku suka senyumnya. deretan giginya yang rapi, pipinya yang sedikit membulat dan matanya yang menyipit saat tersenyum terlihat sangat manis. wanita mana pun pasti akan memuji ketampanannya, dan tanpa menyertakan kemunafikan, aku akui, dia memang tampan.

pria itu juga baik, supel, sederhanah dan perhatian. lalu? apa yang salah pada dirinya? mengapa semua hal yang terlihat indah oleh mataku, tentangnya, tak bisa mendapatkan predikat yang lebih dari sekedar kata "biasa saja" dihatiku? apa iya, karena setitik sifat buruknya yang menutup keindahannya, sehingga tak terbaca oleh hatiku? mungkin.! ah sudahlah, aku rasa itu urusan hati. terlalu konyol rasanya jika aku harus memaksa hatiku untuk menyimpan namanya disana.

belakangan, aku dan dia sering bersama, bercanda, tertawa dan bercerita bersama. aku lupa hal-hal apa saja yang menyebabkan kedekataknku dengannya semakin nampak jelas, aku hanya merasa "nyambung" saja berbagi cerita dengannya, selera humornya juga cukup baik. aku juga suka pilihan kata pengganti yang ia gunakan saat bercerita denganku, "aku, kamu". apa iya? aku tidak jatuh cinta? mungkinkah tidak ada perasaan lain dari sekedar teman bercerita? apakah kontak mata langsungku dengannya setiap hari tidak cukup tajam untuk menembus dinding hatiku? entah..!!! aku belum pernah mendengar hatiku merintih meneriakkan namanya dengan untaian kata cinta. hatiku belum pernah menyatakan bahwa namanya terukir disana. aku bukannya berharap kelak aku akan mencintainya. entah karena memang tidak pernah, atau hatiku malu mengakuinya, entah, entah dan entah..!!  aku hanya merasa aneh pada hatiku saat ini, jujur tipe pria idaman dalam kamusku 90% dia miliki. skor yang tergolong tinggi jika dibandingkan dengan skor2 perolehan mereka yang sebelumnya juga pernah hadir. ah dia menarik tapi ku tak cinta.

Untuk pemeran figuran yang mungkin menginginkan peran utama :')

Asmi's Story♛